DAMPAK LETUSAN DARI GUNUNG KRAKATAU PADA MASANYA
Kejadian letusan yang menyebabkan tsunami ini disebut menewaskan 36.417 jiwa dan diperkirakan sebanyak 2000 orang di Sumatera bagian selatan tewas oleh abu panas. Dalam sejarah yang tercatat, Gunung Krakatau mengalami letusan besar pada 416 SM, menyebabkan tsunami dan pembentukan kaldera
BAB II.1Latar belakang
Gunung Merapi adalah gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran. Erupsi adalah proses pelepasan material dari gunung berapi. Material tersebut bisa dalam bentuk lava, gas, abu, dan lain-lain. Material ini nantinya akan dilepaskan ke atmosfer atau ke permukaan bumi dalam jumlah tidak menentu. Letusan memiliki lelehan lahar yang sangat panas dan memiliki batu besar sampai batuan halus(kerikil).
Erupsi letusan menghasilkan jatuhan piroklastika yang terdiri dari batuan berukuran besar sampai berukuran halus. Batuan halus dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan km dari kawah karena dapat terpengaruh oleh adanya hembusan angin. Aliran piroklastika terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan. Aliran ini dapat bergerak dari
Gunung api secara cepat dan menghasilkan gas yang sangat panas. Letusan gunung Lereng gunung merapi ini termasuk padat penduduknya, terutama karena lahannya yang subur untuk usaha tani sayuran dan tanaman pangan. Pada saat meletus tidak kurang dari 350.000 jiwa diungsikan ke lokasi yang lebih aman. Peristiwa erupsi gunung merapi cukup membawa dampak meluas, baik di wilayah-wilayah sekitar gunung merapi sendiri.
I.2 Rumusan masalah
Dampak letusan Gunung Krakatau menjadi salah satu terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia. Bahkan, dampak letusan Gunung Krakatau ini hingga ke luar negeri. Gunung Krakatau merupakan gunung api yang berada di perairan Selat Sunda. Gunung Krakatau meletus pada 26 Agustus 1883 hingga memicu tsunami serta embusan awan panas yang menewaskan ribuan orang.
I.3 Tujuan
Mengetahui dampak dari letusan gunung krakatau dari berbagai aspek, seperti aspek sosial,ekonomi, dan kesehatan.
BAB II
Pembahasan
Baru-baru ini tepatnya 10 & 11 April telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau. Berita mengenai ini cukup menghebohkan masyarakat karena beberapa hal yang menyertainya. Kita masih mengingat tsunami di Selat Sunda yang memakan korban hingga mencapai 430 orang Meninggal Dunia, 150 orang dinyatakan hilang serta lebih dari 16.000 kehilangan tempat tinggalnya. Hal itu cukup menyisakan duka mendalam bagi Indonesia. Namun ternyata bukan hanya hal tersebut yang dapat membuat kabar ini begitu mencuat,ada 2 kali suara dentuman di sela-sela erupsi Gunung Api Anak Krakatau yang sampai informasi ini diturunkan belum ada konfirmasi jelas mengenai asal suara tersebut, ada beberapa informasi penting mengenai erupsi pada tanggal 10-11 April 2020 lalu. Mulai dari berapa amplitude maksimumnya, tinggi kolom abu, waktu durasi erupsi hingga status yang disematkan pada Gunung Api Anak Krakatau kini.
Dan kamipun tertarik untuk mengorek secara lebih dalam mengenai Gunung Api Anak Krakatau ini. Begitu banyak fakta-fakta menarik yang dapat diungkap dari sejarah Gunung Api Anak Krakatau. Sejarah pembentukan Gunung Api Anak Krakatau ini sudah bagaikan informasi umum yang mesti diketahui oleh seluruh masyarakat. Menjadi studi pembelajaran bagi mahasiswa yang ingin mengetahui fase-fase pertumbuhan gunung api karena pertumbuhannya yang sangat cepat sekitar 4 meter per tahunnya. Kemudian kami juga tidak lupa mempelajari penyebab tsunami di Selat Sunda pada tahun 2018 lalu yang ada kaitannya dengan erupsi Gunung Api Anak Krakatau, berbagai indikasi longsoran, kondisi geologis di daerah sekitar tak luput menjadi pembahasan. Serta saran kami untuk berbagai pihak terkait dalam menanggulangi bencana tsunami yang dikhawatirkan Kembali terjadi turut disertakan dalam pembahasan. Terakhir, di samping dampak-dampak negatif yang ditimbulkan, kamipun memaparkan beberapa dampak positif akibat erupsi Gunung Api Anak Krakatau yang diantaranya adalah keragaman biodiversitas di sekitar Gunung Api Anak Krakatau.Edukasi Tingkat Status Aktivitas Gunung Api Sebagai Dasar Peringatan Dini
Bencana Aktif Normal atau Level I. Pada tingkatan ini kegiatan gunung berapi masih dalam keadaan normal, tidak ada gejala aktifitas tekanan magma dan tidak memperlihatkan adanya peningkatan kegiatan berdasarkan hasil pengamatan secara visual, maupun hasil penelitian secara instrumental. Hal yang perlu dilakukan antara lain melakukan pengamatan rutin serta melakukan survei dan penyelidikan mendalam terhadap aktivitas dari gunung berapi tersebut.
Waspada atau Level II. Pada tingkatan ini mulai terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang dapat diamati secara visual dan/atau secara instrumental. Peningkatan aktivitas berada di atas level normal dengan meningkatnya aktivitas seismik dan kejadian vulkanik, serta terdapat perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal. Tindakan yang perlu dilakukan adalah penyuluhan/sosialisasi, penilaian bahaya, persiapan sarana dan prasarana, serta melaksanakan piket terbatas.
Siaga atau Level III. Peningkatan kegiatan semakin nyata, yang teramati secara visual dan/atau secara instrumental serta berdasarkan analisis perubahan kegiatan tersebut cenderung diikuti letusan/erupsi. Hal tersebut menandakan gunung berapi yang sedang bergerak ke arah letusan atau menimbulkan bencana, peningkatan intensif kegiatan seismik, semua data menunjukkan aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana., dan jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat terjadi dalam waktu 2 minggu. Tindakan yang perlu dilakukan adalah sosialisasi pada wilayah yang terancam, menyiapkan sarana prasarana darurat, meningkatkan kordinasi dan melaksanakan piket penuh.
Awas atau Level IV. Status ini menujukan bahaya. Peningkatan kegiatan gunungapi mendekati/menjelang letusan utama yang diawali oleh letusan abu/asap. Setelah itu akan ada letusan besar. Kemungkinan gunung berapi akan meletus akan berlangsung kurang lebih dalam waktu 24 jam. Pada level ini yang perlu lebih awas adalah menandakan gunung berapi yang segera atau sedang meletus atau ada keadaan kritis yang menimbulkan bencana, letusan pembukaan dimulai dengan abu dan asap dan letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam. Tindakan yang perlu dilakukan adalah meninggalkan wilayah yang terancam bahaya, melakukan kordinasi secara intensif, dan melakukan piket penuh.
Menurut juru bicara BNPB saat itu (alm.)Sutopo Purwo Nughroho, korban jiwa yang tercatat setidaknya mencapai 430 Meninggal Dunia, 150 orang dinyatakan hilang serta lebih dari 16.000 kehilangan tempat tinggalnya. Seluruh korban jiwa merupakan akibat dari dampak tidak langsung letusan gunung anak Krakatau yaitu Tsunami. Menurut ahli geologis asal Perancis RaphaĆ«l Paris mengatakan bahwa “ Ada ketidakpastian besar pada stabilitas kerucut gunung berapi sekarang, dan kemungkinan runtuh dan tsunami di masa depan mungkin tidak ada. dapat diabaikan". berdasarkan laporan di lapangan, sebelum terjadinya Tsunami, sempat berlangsung konser musik yang di hadiri oleh ratusan orang.
Hal tersebut merupakan salah satu alasan mengapa banyak jatuhnya korban jiwa dan korban yang cedera. Menindaklanjuti dari permasalahan tersebut perlu adanya solusi seperti pengecekan ulang alarm Tsunami dan Gempa di daerah tersebut, seperti yang diketahui alarm yang ada pada saat kejadian berlangsung tidak berfungsi. Namun dibalik itu semua bencana bisa datang kapan saja dan ada kehendak tuhan yang tidak dapat dilawan serta tidak dapat di ketahui. Selayaknya seorang Manusia kita harus terus mawas diri dan memperkecil resiko akibat dari bencana alam tersebut.
Dampak dari letusan gunung Krakatau dapat digolongkan menjadi beberapa aspek. Yang pertama adalah aspek social yaitu memburuknya fasilitas umum meliputi, akses masyarakat terhadap air bersih, akses masyarakat terhadap energy listrik dari perusahaan listrik negara, kualitas layanan kesehatan memburuk,kualitas pelayanan rumah ibadah menurun, siswa yang terkendala dalam melanjutkan pendidikan, mobilitas yang tinggi mengakibatkan penurunan penawaran tenaga kerja sehingga mengalami kesulitan mendapatkan tenaga kerja upahan,dan tentunya masih banyak lagi
BAB IIIKesimpulan
Sebagai sebuah gunung berapi yang berdiri di tengah lautan, Krakatau tidak hanya eksotis tetapi juga mengandung bahaya yang besar karena dampak letusannya menciptakan ancaman gelombang tsunami yang dahsyat. Letusan besarnya pada Agustus 1883, telah memberikan sebuah gambaran bagi masyarakat nasional dan internasional tentang kekuatan yang tersimpan di tubuh Krakatau.
Hempasan gelombang tsunami dari letusan 1883 yang memporakporandakan banyak pemukiman atau pedesaan terutama sepanjang pesisir Banten dan Lampung, serta abu dan gas vulkanik yang merubah cuaca di bumi telah memberikan dampak yang signifikan bagi lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat di wilayah bencana. Kerusakan ekologi, kegagalan panen akibat perubahan cuaca yang berlanjut pada meningkatnya kemiskinan dan kelaparan, serta perasaan tertekan masyarakat korban bencana dapat membawa pada reaksi-reaksi sosial yang tidak terasa, namun menyimpan energi besar.
Bencana letusan Krakatau 1883 yang menyebabkan kerusakann material dan lingkungan serta korban jiwa yang besar ditafsirkan sebagai sebuah tanda atau hukuman dari Tuhan atas kejahatan yang terjadi di bumi terutama di wilayah Banten dan Lampung, dua wilayah yang paling dekat dengan Gunung Krakatau. Kejahatan yang disimbolkan dengan kekuasaan Belanda, semakin menyuburkan sikap antipati dan penolakan terhadap keberadaan penjajah kolonial. Psikologis masyarakat telah tertekan karena penderitaan hidup yang telah berlangsung lama. Ditambah dengan kesulitan setelah bencana Krakatau, berupa kelaparan, penyakit, dan kehilangan sanak famili, menyebabkan mereka kembali pada ritualitas agama.

Post a Comment for "DAMPAK LETUSAN DARI GUNUNG KRAKATAU PADA MASANYA"